PURWAKARTA – Heri Hendrayana Harris atau lebih dikenal dengan nama pena Gol A Gong atau Paman Gong, merupakan duta baca Indonesia. Pria kelahiran Kabupaten Purwakarta ini, hampir setiap harinya keliling Indonesia. Tujuannya, guna mendorong literasi bangsa ini.

Akan tetapi, dibalik topi unik dan celemek ajaibnya yang membuat anak-anak bahagia ini, tersirat kesedihan Paman Gong. Terutama, untuk Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disipusda).

Apa yang membuat Paman Gong bersedih? Ternyata, ada tiga poin utama. Semua poin ini, ada kaitannya dengan percepatan literasi. Namun, dirinya menggarisbawahi tiga poin ini ternyata berdampak serius pada maju tidaknya literasi sebuah daerah.

Pria kelahiran Gang Benteng Kabupaten Purwakarta dan kini bermukim di Provinsi Banten ini, menuturkan, ada tiga poin utama mengenai Disipusda yang merupakan leading sektor penggerak kemajuan literasi.

1. Mayoritas pejabat yang memimpin Disipusda merasa ‘dibuang’. Karena, Disipusda menjadi instansi yang kerap dipandang sebelah mata.

Bahkan, saking sedihnya pejabat itu tidak pernah menjalankan kinerja dengan baik. Acara-acara terkait literasi tidak pernah dihadiri, hanya diwakilkan oleh anak buahnya.

“Padahal, kabid dan kasi-kasinya butuh motivasi dari kepala dinas. Tapi, kebanyakan kepala dinasnya pasif dan tidak pernah hadir di setiap kegiatan,” ujar Paman Gong, disela-sela acara petualangan digital pemula di RA Pagelaran, Kamis 18 April 2024.

2. Distribusi buku tidak merata. Kata siapa orang Indoensia tidak suka membaca. Hal itu, lanjut Paman Gong, jelas bohong. Karena, faktanya setiap hari dia keliling Indonesia, anak-anak ataupun orang dewasa sangat suka membaca buku.

Akan tetapi, karena distribusi buku tidak merata, terutama di bagian timur Indonesia, hal itu menjadikan masyarakat malas membaca.

3. Akses ke perpustakaan sangat susah. Apalagi, masyarakat yang tinggal di perkampungan. Dengan kondisi ini, semakin membuat masyarakat meninggalkan membaca.

Akan tetapi, lanjut Paman Gong, kondisi berbeda terlihat di Kabupaten Purwakarta. Dirinya sangat kaget, tatkala instansi dengan julukan dinas jurusan surga ini, dipimpin oleh pejabat yang masih muda.

Bahkan, kepala Disipusda Purwakarta selalu hadir dalam setiap acara-acara kedinasan. Hal ini, menjadi poin plus bagi Purwakarta.

Asep Supriatna Menghadiri Kegiatan Petualangan Digital di RA Pagelaran

Asep Supriatna Menghadiri Kegiatan Petualangan Digital di RA Pagelaran

Selanjutnya, program-program Disipusda Purwakarta sudah sangat luar biasa. Salah satunya, dengan menyambangi sekolah-sekolah mengenalkan sketsa gambar tentang ikon ke-Purwakartaan.

Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi dengan keterbukaan Disipusda mengenai program-program yang bisa dikerjasamakan.

“Saya sebagai warga Purwakarta siap membantu, jika diperlukan oleh Disipusda. Hal ini, tujuannya untuk meningkatkan literasi masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Disipusda Kabupaten Purwakarta, Asep Supriatna, mengatakan, dirinya tidak merasa ‘dibuang’ ketika dipindahkan dari Bapenda ke Disipusda. Bagi Asep, Disipusda justru menjadi dinas yang membuka cakrawala dunia.

“Alhamdulillah, saya sangat bahagia di Disipusda. Buktinya badan saya semakin lebar. Dan Disipusda ini merupakan instansi istimewa, bahkan julukannya juga keren yakni dinas jurusan surga,” ujarnya sembari terkekeh.

Selanjutnya, mengenai distribusi buku tidak merata, hal itu fakta di lapangan. Namun, saat ini di Purwakarta program-program sudah berjalan dengan baik. Bahkan, tagline perpustakaan diganti dari mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membaca untuk hidup dan kehidupan.

“Kami sangat terbuka dengan seluruh elemen masyarakat, mengenai kebutuhan buku. Bisa diakses melalui Bidang Layanan Otomasi Perpustakaan,” ujar Asep.

Kemudian, mengenai susahnya akses perpustakaan, hal itu memang benar adanya. Namun, di Kabupaten Purwakarta tidak demikian.

Karena, Disipusda sudah menggandeng pemerintahan desa untuk menyediakan pojok-pojok baca di setiap desa. Kerja sama dengan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan lainnya. Termasuk, menyiapkan armada perpustakaan keliling yang mobile setiap hari.

“Dulu armada perpustakaan keliling kita bergerak setiap minggu, kini dipacu menjadi setiap hari. Kita memiliki 3 armada,” ujarnya.

Dengan cara ini, diharapkan fasilitas perpustakaan bisa semakin dekat dengan masyarakat. Sehingga, minat baca masyarakat semakin meningkat dan membaca menjadi satu kebutuhan serta melahirkan kegiatan yang bermuara pada kesejahteraaan masyarakat. ***

Ayo ke Diorama !

Ingin tahu seperti apa isi Bale Panyawangan Diorama. Yuk kita ke Diorama Purwakarta dan Diorama Nusantara !