PURWAKARTA – Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Disipusda) Kabupaten Purwakarta, kini menjadi salah satu role model perpustakaan yang telah mengimpelentasikan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) di Jawa Barat. Selain Purwakarta, ada Kota Sukabumi yang dijadikan percontohan oleh provinsi.

Karena menjadi percontohan, maka banyak wilayah yang berkunjung untuk melakukan studi tiru ke Kabupaten Purwakarta. Terbaru, rombongan dari Dinas Perpustakan dan Arsip Daerah Pemerintah Kota Tangerang, menyambangi Purwakarta.

Rombongan yang dipimpin Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Tangerang, Engkos Zarkasyi ini, diterima langsung oleh Kepala Disipusda Kabupaten Purwakarta, Asep Supriatna.

Dalam kunjungan itu, tersirat jika Kota Tangerang ingin mengadopsi sejumlah program yang telah dijalankan oleh Disipusda Kabupaten Purwakarta. Terutama, tentang pengelolaan keperpustakaan dan arsipnya.

“Alhamdulillah, sampai saat ini Purwakarta menjadi salah satu tujuan studi tiru dari daerah lain,” ujar Asep, Rabu 22 November 2023.

Kunjungan ke Perpustakaan Disipusda Purwakarta

Dalam pertemuan dengan rombongan Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Tangerang, Asep menyebutkan, jika program TPBIS yang digulirkan oleh perpustakaan nasional ini kategori baru dan unik.

Mengingat, perpustakaan saat ini sudah bukan lagi fasilitas yang turut mencerdaskan bangsa. Melainkan, sudah dalam tataran pengaplikatifan atau terapan. Output-nya, perpustakaan sudah berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Saat ini, perpustakaan di Kabupaten Purwakarta dengan kapasitas 200 orang ini, tidak lagi monoton hanya menjadi fasilitas untuk membaca atau meminjam buku saja.

Melainkan, di perpustakaan saat ini justru banyak sekali kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang sifatnya mengasah atau meng-upgrade skill. Sehingga, masyarakat tersebut memiliki value untuk mendorong peningkatan kesejahteraan perekonomian keluarga atau dirinya.

“Perpustakaan di Purwakarta sudah menerapkan kegiatan yang sifatnya terapan. Salah satunya, kegiatan-kegiatan pelatihan,” ujar Asep.

Contoh kegiatan yang baru diterapkan, adalah pelatihan dasar gitar. Ternyata, lanjut Asep, animo masyarakat cukup tinggi. Bahkan, pesertanya adalah ibu rumah tangga dari kalangan menengah ke atas.

Ibu-ibu ini, belajar gitar dasar dalam sepekan dua kali pertemuan, dan saat ini mereka sudah bisa. Bahkan, menyanyikan sebuah lagi. Padahal, sebelumnya ibu-ibu ini tidak bisa memetik gitar. Paham kuncinya juga belum.

“Tak hanya pelatihan gitar, di kita juga ada pelatihan bahasa sampai beauty class dan lainnya,” ujar Asep.

Bahkan, saat ini pihaknya telah menggandeng sejumlah OPD, untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita pemerintah pusat melalui program TPBIS. Yakni, pengentasan kemiskinan.

OPD yang digandeng, ada dari Dinas Pangan dan Pertanian, ada dari DKUPP, Diskominfo, dll. Sehingga, kedepan saat Dinas Perpustakaan dan Arsip punya pelatihan, nara sumbernya atau tenaga ahlinya bisa mengambil dari OPD terkait.

“Misalkan, saat ini yang jadi sorotan adalah soal inflasi. Salah satu penyumbangnya, tingginya harga cabai rawit dan cabai merah,” ujarnya.

Kedepan, perpustakaan akan membuka pelatihan mahir berbudidaya cabai atau bawang, maupun tomat. Adapun nara sumbernya adalah tenaga ahli dari Dinas Pangan dan Pertanian.

Dengan begitu, masyarakat akan lebih open minded mengenai ketahanan pangan keluarga. Salah satunya dari cara sederhana, dengan menanam cabai di pekarangan rumahnya.

“Nah, dengan demikian masyarakat akan memiliki value, apa yang dia baca di perpustakaan dengan apa yang dipraktikkan dalam pelatihan. Sehingga, outputnya masyarakat kita tidak hanya sekedar membaca melainkan akan mempraktikkannya dan menjadi sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis,” ujarnya.

Selain perpustakaan, lanjut Asep, pihaknya juga ingin kearsipan memiliki makna di hati masyarakat. Meskipun saat ini, arsip di Purwakarta masih belum seperti diharapkan.

Karena masih monoton dan ada yang digital dalam bentuk diorama, itupun sifatnya stay di satu titik tidak bisa dibawa kemana-mana.

Kunjungan ke Bale Panyawangan Diorama Nusantara

Namun, di akhir 2023 ini pihaknya ingin antara arsip dan perpustakaan berjalan beriringan. Artinya, kedua bidang ini bisa berlari melesat dan keduanya mempunyai nilai kepemilikan di hati masyarakat.

“Salah satu solusinya, di setiap ada acara keperpustakaan kita juga menyisipkan kearsipan dengan pameran mini, dengan bentuk foto-foto kearsipan sejarah Purwakarta. Mudah-mudahan di 2024 apa yang dicita-citakan bisa terwujud,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Pemkot Tangerang, Engkos Zarkasyi, mengatakan, pihaknya melakukan studi tiru ke Purwakarta ini karena keperpustakaan daerah ini sudah bagus. Bahkan, menjadi role model di Provinsi Jabar.

“Semoga kita bisa mengadopsi program-program di Dinas Arsip dan Perpustakaan Purwakarta, terutama untuk program TPBIS yang mendukung gerakan pengentasan kemiskinan,” jelasnya. ***

Ayo ke Diorama !

Ingin tahu seperti apa isi Bale Panyawangan Diorama. Yuk kita ke Diorama Purwakarta dan Diorama Nusantara !